Kamis, 06 Maret 2008

Orang Kaya, Orang Miskin

Orang Kaya, Orang Miskin

“Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilan. Inipun sia-sia. (Pengkotbah 5 : 9)

Saudaraku, Maukah Kau Berbagi?

Pendahuluan

Pengkotbah 5:10; Markus 10:17-22

Lebih dari 10 juta anak akan meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh kelaparan pada tahun ini. Hampir setengah dari populasi dunia hidup dengan mengandalkan kurang dari dua dolar per hari. Seiring dengan meningkatnya teknologi, ilmu pengetahuan dan pengertian, kesenjangan antara kemakmuran dan kemiskinan semakin berkembang dengan menyedihkan dan tidak seimbang. Namun siapa yang dapat menghentikan kepedihan yang disebabkan oleh kemiskinan?

Sebenarnya kita tidak kekurangan sumber-sumber alam. Tidak sampai 1 persen dari dana yang dihabiskan dunia untuk senjata cukup untuk membiayai anak-anak di seluruh dunia bersekolah pada tahun 2000. 1

Yesus meminta seorang pemuda kaya untuk memberikan seluruh hartanya pada orang miskin. Namun ia berpaling dan melangkah pergi. Jumlah penghasilan yang dimiliki oleh 48 negara termiskin di dunia masih lebih sedikit dibandingkan dengan kekayaan dari 3 orang terkaya di dunia.2 Dua puluh persen dari populasi negara-negara terkaya di dunia menghabiskan 86 persen dari hasil-hasil bumi.3 Tindakan berbeda yang bagaimana yang dapat dilakukan untuk mengubah statistik tersebut?

Pemuda kaya itu tidak mau menyerahkan kekayaannya. Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilan. Inipun sia-sia. (Pengkotbah 5 : 9)

Menurut PBB, 13 triliyun dolar setiap tahun cukup untuk memenuhi kesehatan dan kebutuhan gizi anak-anak miskin di seluruh dunia.4 Jika tidak ada yang dilakukan, lebih dari 10 juta anak akan meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh kelaparan pada tahun ini.

Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari : kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri. Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tidak ada suatupun padanya untuk anaknya. (Pengkotbah 5 : 12, 13)

  1. New Internationalist,State of the World,issue 287, Feb. 1997.
  2. Ignacio Ramonet, “The Politics of Hunger,” Le Monde Diplomatique, November 1998.
  3. 1998 Human Development Report, United Nations Development Programme.
  4. The Hunger Project, .

Pengorbanan

Bukti

Pengkotbah 5 : 1-7

Sungguh mengecewakan jika seseorang tidak datang untukmu. Saat-saat seperti itu kita berkata, Hei, aku telah melakukan apa yang harus aku lakukan. Bagaimana denganmu? Kamu tidak menghargaiku. Kamu tidak mengangapku ada. Lalu kamu merasa dikhianati dan marah pada seseorang yang mengkhianatimu.

Jika cara berjanji seperti itu yang berlaku diantar manusia, mengapa kita membuat janji-janji dengan Yang Maha Kuasa? Apakah kita begitu putus asa? Namun tidak ada yang salah dengan hal itu. Seringkali kita membuat janji-janji kepada Allah saat kita sedih dan tidak memiliki jalan keluar. Allah menginginkan kita datang padaNya, tetapi tidak untuk membuat janji-janji kosong. Mudah untuk mengatakannya, namun tidak mudah untuk melakukannya. Janji-janji mempengaruhi reputasimu sebagai orang yang jujur. Janji-janji itu berpengaruh pada sejauh mana orang akan bergantung padamu, dan janji-janji itu berpengaruh pada ditingkat mana orang akan menempatkanmu.

Allah mengasihi kita dan akan memaafkan kita. Allah yang menciptakan kita. Sejarah akan sangat berbeda jika yang dikatakan Allah kepada Abraham adalah, “Lihatlah bintang-bintang itu. Itu seperti anak-anak yang akan kau miliki. Oh, tidak, hanya bercanda! Sulit bagiKu untuk melakukannya sekarang. Lagipula, Aku sudah berjanji untuk menghancurkan Sodom dan Gomora.” Kita bahkan tidak akan ada di sini jika Allah seperti itu, dan dasar yang kita miliki untuk mengikut Dia akan sangat berbeda. Ketika Allah berjanji, Ia akan menepatinya.

Hanya sedikit orang yang menepati janjinya kepada Allah; dan bagi satu orang hal itu sangat menyakitkan. Ia berjanji jika ia dapat selamat pulang ke rumah dari perang, ia akan mengorbankan hal pertama yang menyambutnya di depan rumah. Hal pertama itu adalah anak perempuannya, namun ia tetap mengorbankannya (Hakim-hakim 11 : 30-40) Janji itu adalah janji yang terburu-buru, janji yang sebenarnya tidak diminta atau dituntut oleh Allah. Namun orang tersebut bersedia menepati janjinya (meskipun hal tersebut dipertanyakan.)

Kita harus melihat setiap janji kepada Allah sama seperti mengorbankan satu hal yang paling kita cintai. Diatas semuanya itu, bukankah itu yang Allah lakukan saat Ia mengutus Yesus untuk memberikan kita hidup yang kekal?

Reaksi

  1. Apakah dibaptis masuk kedalam kelurga Allah adalah satu janji yang harus dipegang sepanjang minggu? Jelaskan jawabanmu seolah olah kamu sedang berbicara kepada seseorang yang akan dibaptis!
  2. Jika kamu berkelebihan, apakah kamu harus memberikan lebih lagi? Jelaskan jawabanmu!
  3. Jelaskan mengapa Allah tidak langsung saja memberikan hanya karena kita berjanji padanya?

Kehidupan : Sejauh Aku Mengingatnya

Logos

Pengkotbah 5

Penyembahan

Apakah artinya berada di hadirat Allah? Apakah kita selalu berada di hadapanNya? Jika begitu, haruskah pilihan-pilihan kita merupakan satu penghormatan bagiNya?

Menyembah Allah dalam gereja bukanlah membuat diri kita secara rohani menjadi nyaman atau hal-hal yang semacam itu. Menyembah Allah dalam gereja lebih kepada bertemu dengan Allah dalam persekutuan orang percaya. Penyembahan kita seharusnya tidak hanya sekedar kata-kata kosong, melainkan kata-kata yang mengalir menjadi tindakan yang meninggikan Allh yang kita sembah. Bukan hanya di gereja, namun sepanjang minggu kita berada di hadirat Allah, dan kehidupan kita harus mencerminkan hal itu.

Janji-janji

Dalam mencerminkan kehadiran Allah, kita harus ingat bahwa janji-janji yang kita katakan dalam doa adalah sakral. Allah menginginkan kita berpikir –dengan menggunakan hikmat yang Ia berikan- sebelum kita mengucapkan janji dalam doa. Janji-janji yang konyol hanya akan menjadi kebodohan.

Lihatlah janji Yefta untuk mengorbankan hal pertama yang menyambutnya di pintu saat ia kembali dari perang. Allah tidak menyukai pengorbanan manusia (Hakim-hakim 11 : 30-40). Pada kenyataannya, Allah tidak menginginkan pengorbanan apapun. Itu adalah ide Yefta. Ia lalu dihadapkan dengan kehormatannya (lebih dari perintah Allah) dan memenuhi janjinya. Jika saja ia datang kepada Allah dalam doa, ia akan menyadari kesalahannya dan merasakan kebaikan Allah.

Tidaklah sulit untuk memenuhi janji yang penting seperti berpikir dan berdoa tentang janji yang akan engkau buat. Allah menyediakan hikmat untukmu –gunakanlah!

Kata-kata

Biarlah kata-kata yang keluar dari mulutmu berarti. Mengajar, berdoa, turut serta dalam kegiatan gereja adalah cara untuk membuat kata-katamu ekonomis –banyak arti, sedikit kata-kata. Lebih jauh lagi, kata-katamu adalah persembahan untuk Allah, bukan sebuah ajang pameran bagi jemaat. Berfokuslah padanya, dan buatlah persembahan yang layak bagiNya. (Pikirkan tentang janda miskin dalam Markus 12 : 42-44)

Saat membuat janji, berpikirlah sebelum bicara. Persembahkan seluruh pikiran dan mulutmu kepada Allah. Biarkan rohNya berkerja di dalam dirimu.

Korupsi

Penulis kitab Pengkotbah, meskipun bijaksana, sepertinya melihat dunia melalui mata seorang yang sinis. Sepertinya ia sedang berkata “Korupsi terjadi. Hadapilah. Akan ada orang, masuk dan keluar gereja, yang melakukan korupsi. Tidak ada yang dapat kamu lakukan untuk mengubahnya. Memerangi korupsi sama dengan terlibat dalam pertempuran yang sudah pasti kalah.”

Itu bukanlah kata-kata seorang bijak, namun sebuah pengamatan dari seseorang yang mungkin dalam seluruh hidupnya mencoba melakukan sesuatu untuk mengubah dunia yang berdosa ini (dan mungkin terjebak di dalamnya) dan dalam masa tuanya percaya bahwa apa yang telah dilakukannya sia-sia. Sama seperti Bono, vokalis U2, ketika ia berusia 80 tahun ia bertanya-tanya apakah yang ia telah lakukan benar-benar membuat perubahan.

Kita sering membuat pernyataan generalisasi. Namun tindakan kita yang benar akan membuat perubahan. Korupsi mungkin tidak akan pergi, namun akan berkurang karena seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Hanya karena kita merasa kita kalah bukanlah alasan untuk menyerah dalam pertempuran yang benar. Seperti yang Paulus katakan, kita harus mencapai garis akhir dan memelihara iman (II Timotius 4 : 7) Kebaikan tidak selalu menang, namun kebaikan akan meringankan penderitaan. Dan meskipun waktu akan melemahkan ingatan kita, kita tidak boleh menyerah dalam keputusasaan atau bersikap sinis. Tetap pelihara iman dan percaya Allah memberantas korupsi dengan caraNya sendiri.

Kekayaan dan Kemakmuran

Kata-kata sinis diucapkan Pink Floyd dalam lagunya ‘Money’ (Uang). Meskipun begitu Pink Floyd tidak mengutip Alkitab dengan benar, karena bukan uang yang menjadi akar semua kejahatan namun cinta uang. (I Timotius 6 : 10) Kita yang membuat uang menjadi penting. Ini mencerminkan waktu dan budaya popule4r. Seperti yang dinyanyikan oleh Meja, ‘It’s All About the Money’. (Semuanya Tentang Uang)

Disini penulis berbicara tentang kebijaksanaan. Tidak ada yang salah dengan uang. Keputusan yang salah saat kita mencari uanglah yang membuatnya salah. Jika kamu kaya atau makmur, ingatlah bahwa Allah telah memberkatimu, dan kamu yang menentukan bagaimana caranya bertanggung jawab atas berkat tersebut.

Umat Allah tidur dengan nyenyak tanpa memikirkan berapa banyak atau sedikit uang yang mereka miliki. Itu karena mereka telah memiliki kepenuhan hidup. Jangan membandingkan dirimu dengan orang lain. Kamu adalah unik dan kehidupanmu berharga dengan cara-cara tersendiri.

Meskipun begitu, kita akan mati. Dilahirkan, hidup dengan benar, dan mati –pada saat kita masuk ke surga kita adalah sama. Sampai saat itu, hiduplah dengan benar. Penyembahanmu haruslah dengan hormat, kata-katamu bermakna, janji-janjimu adil, tindakanmu bersih, dan penghasilanmu baik.

Peliharalah iman; dan ingatlah selalu akan ada waktunya, musim, masa bagi segala sesuatu di bawah matahari ini. Dan saat ini adalah waktu yang selalu tepat untuk kebaikan.

Banyak Harta? Banyak Kekuatiran?

Kesaksian

Pengkotbah 5 : 12

Sangat menyegarkan membaca Pengkotbah 5 : 12 dalam dunia yang penuh dengan pencarian materi ini. Ayat tersebut mengingatkan kita bahwa memiliki banyak harta membawa banyak kekuatiran.

Yesus mengingatkan pemuda dalam Markus 10 untuk percaya bahwa dengan mengikuti 10 Hukum ia akan mendapatkan kehidupan kekal. Jika saja ia bersedia mematuhi Kristus, ia telah melakukan sesuatu yang berharga dengan mengikuti contoh Juru Selamat. Tetapi ia tidak bersedia. Harga untuk kehidupan kekal terlalu mahal, dan ia pergi dengan rasa sedih; karena ia memiliki harta yang banyak. Juru Selamat tidak begitu berharga baginya dibandingkan dengan hartanya. Ia merasa memperoleh resiko yang besar dengan menyerahkan harta dunia yang terlihat olehnya untuk harta surgawi yang tidak bisa ia lihat.

Sering kita meletakkan iman kita pada apa yang kita miliki, percaya bahwa harta akan membuat kita bahagia dan memberi kita rasa aman. Namun bencana tidak hanya menimpa orang yang memiliki sedikit harta. Jadi, satu-satunya cara untuk menjamin kebahagiaan dan keamanan adalah percaya kepada Allah. Rumah dan tanah tidak akan berguna di masa-masa kesesakkan, karena rumah dan tanah akan hilang. Saya menyaksikan bahwa Allah menghendaki orang-orang suci untuk melepaskan bebannya sebelum waktu kesesakan tiba, dan bersekutu dengan Allah melalui pengorbanan. Jika mereka meletakkan harta mereka di altar, dan dengan sepenuh hati meminta Allah untuk menggunakannya, Ia akan mengajarkan kapan harta tersebut dapat dipergunakan. Sehingga mereka akan bebas pada masa kesesakan, dan tidak memiliki beban yang memberatkan mereka.

Kita seharusnya tidak menjadi salah paham dengan pernyataan tersebut dan menganggap bahwa setiap harta adalah buruk atau bahkan dosa. Setiap orang yang dikarunia Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya –juga itupun karunia Allah. (Pengkotbah 5 : 19) Allah tidak melihat bahwa merencanakan untuk memiliki dan menggunakan harta adalah hal yang salah, namun keinginan yang berlebihan, keresahan yang ditimbulkan karena harta, dan penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal duniawi tidaklah sesuai dengan kehendak Allah.

Allah tidak mengharapkan kita memikul beban karena kita mencoba mengumpulkan harta di dunia untuk mendapatkan kebahagiaan dan rasa aman. Yang harus kita lakukan adalah percaya padanya. Ia akan menyediakan semua yang kita butuhkan. (Baca Markus 10 : 29, 30)

  1. Advent Review and Sabbath Herald, 12 Januari 1905, The Condition of Gaining Eternal Life.
  2. Councils on Stewardship, h. 59, 60.
  3. sda, h. 159.


Jadilah KehendakMu?

Bagaimana Untuk

Pengkothbah 5

Seringkali kita memaksakan kehendak kita sendiri, bukan kehendak Allah. Seberapa bodoh tindakan itu?

Berapa banyak keputusan yang kita ambil dalam satu hari tanpa meminta tuntunan Allah. Berapa kali sehari kita menyebut namanya dalam kesedihan kita dan bukan untuk memuliakan namaNya? Berapa seringkah kita mencariNya dalam doa kita?

Allah, Pencipta alam semesta, mengetahui segalanya. Dan Ia sedang menunggu kita untuk mendengarkanNya. Ia sedang menunggu untuk mengatakan bahwa betapa berharganya harta yang Ia simpan untuk kita. Namun seperti orang bodoh, kita pergi meninggalkanNya dan tidak mendengarkanNya. Dan seperti orang bodoh, kita menghargai pandangan dunia daripada pandangan Allah dan hubungan kita denganNya. Kita meletakkan semuanya diatas Allah. Kita menghabiskan waktu dengan jadwal yang padat, pekerjaan, hobi, tv, olahraga, keluarga, dan bahkan agama. Ya, bahkan keluarga dan agamapun dapat menjauhkan kita dari Allah. (Lukas 9 : 57-62; 18:29, 30) Perhatian kita harus hanya kepada Allah saja.

Cobalah hal-hal berikut ini untuk memiliki hubungan yang lebih baik dengan Allah dan menepiskan hal-hal duniawi.

  1. Berbicaralah padanya setiap hari dan sesering mungkin. Kapanpun Allah masuk dalam pikiran, bicaralah padaNya dan buatlah Ia menjadi sahabat yang akrab. Setiap waktu yang dihabiskan untuk berpikir tentang Tuhan akan membuatmu lebih dekat padaNya. Untuk mengenal pasangan, teman, atau anggota baru keluarga, kamu harus menghabiskan waktu dengan mereka. Hal yang sama juga harus kita lakukan dengan Juru Selamat kita. Untuk benar-benar mengenalNya, kita harus menghabiskan waktu denganNya.
  2. Tepatilah janjimu pada Allah. Ia tidak akan mengecewakanmu. Jadi, mengapa tidak melakukan hal yang sama? Jangan biarkan janji-janjimu pada Allah diingkari. Ketika kamu mengatakan akan melakukan sesuatu, lakukanlah! Sederhana saja. Dalam segala hal, lakukanlah yang terbaik. Kristus melakukan segala sesuatu dengan sempurna dan dengan satu tujuan. Sebagai seorang Kristen, kita juga harus melakukannya.
  3. Kasihi Kristus pertama dan terutama. Tidak ada yang berada di atas Sang Maha Kuasa. Pikirkanlah. Letakkan dirimu sebagai orang ketiga dan bayangkan kamu yang tidak berharga meletakkan Sang Pencipta di bawah segala hal yang lain dalam hidupmu. Adakah hal lain yang lebih tidak masuk akal? Sang Pencipta alam semesta meletakkanmu pada urutan pertama. Jadi alasan apa yang kita miliki untuk tidak menjadikanNya yang pertama?

Reaksi

Bagaimana keluarga dan agama dapat menjauhkan kita dari Allah?

Kekayaan –Berkat atau Kutukan?

Pendapat

Matius 6:33

Saya pernah bekerja dengan seseorang yang cukup kaya. Ia membangun bisnisnya dari bawah, dan setelah menjalankannya lebih dari 20 tahun, ia cukup berhasil. Ia memiliki dua rumah selain saham-saham di bisnis properti dan banyak investasi. Saya mengagumi keberhasilannya dan kehidupannya yang menyenangkan. Tapi hanya sampai saat saya mengetahui bahwa ia berada di kantornya hingga pukul 1 dini hari hampir setiap hari, termasuk pada akhir pekan. Sekarang saya berpikir bahwa ia mungkin lebih banyak tidur di kantor daripada rumahnya sendiri. Kadang saya berpikir apa yang membuat ia bekerja begitu keras. Saya pikir ia kuatir tidak memiliki uang yang cukup saat pensiun untuk mempertahankan gaya hidupnya dan keluarganya. Salomo berkata, bahwa kekayaan membuatnya tidak bisa tidur. (Pengkotbah 5 : 12). Jelas sekali dalam Pengkotbah 5, peringatan Salomo tentang berbahaya kekayaan masih berlaku saat ini. Menjadi salah seorang raja terkaya dalam sejarah membuat Salomo ahli dalam hal ini.

Salomo dibinasakan oleh pencariannya terhadap kekayaan –seperti kebanyakan kita sekarang ini. Budaya kita sepertinya menempatkan orang-orang kaya pada posisi tertinggi dibanding dengan kelompok yang lain Dan pencarian kekayaan diatas pencarian yang lain.

Namun apakah Salomo benar-benar menfgatakan bahwa kekayaan adalah hal yang buruk, dan orang-orang yang memiliki lebih banyak harta adalah orang-orang yang tidak baik? Saya rasa tidak. Ia justru mengingatkan kita tentang kehampaan hidup orang-orang yang mencari harta duniawi. Allah telah meminta kita untuk mencari terlebih dahulu kerajaanNya, dan semuanya akan ditambahkan kepada kita. (Matius 6 : 33) – bukan jalan yang lain. Sesungguhnya, Tuhan telah memberkati banyak orang di gereja dengan kekayaan. Namun kepada orang-orang itu Ia juga memberi tanggung jawab suci untuk menerima pemberian tersebut dengan kerendahan hati, dan menjadi penatalayan bagi berkat-berkatNya. Kesetiaan mereka menjadi milikNua, bukan uang yang diberikan kepada mereka.

Sebagian dari kamu yang membaca ini suatu saat akan menjadi orang kaya, dan sebagian lagi mungkin akan hidup gali lubang tutup lubang. Namun bagaimanapun keadaan keuanganmu, cobalah untuk membuat pengenalan akan Kristus sebagai prioritas utama. Karena Dialah yang sangat mengenalmu dan menyelamatkanmu dari dosa.

*Prophets and Kings, p. 76.

Jumat 9 Februari contemplate

Merenungkan Hal Yang Sesaat

Penjelajahan

Pengkotbah 5

PUTUSKAN

George Washington Carver, penemu selai kacang, kehilangan simpanan seumur hidupnya karena bangkrutnya sebuah bank di Alabama. Carver, meskipun begitu, tetap merasa tenang. “Saya rasa seseorang mendapatkan keuntungan dari uang saya tersebut karena saya tidak menghabiskannya untuk saya sendiri,” katanya.

Salomo mungkin akan mengagumi sikap Carver mengenai uang. Diakhir hidupnya, raja yang bijaksana itu menjadi sinis dengan pencarian akan harta. Pengamatannya berguna bagi kita bagi kita yang terobsesi dengan uang.

RENUNGKAN

  • Buatlah kolase gambar-gambar dari majalah yang mengambarkan satu ayat dari Pengkotbah 5 yang paling berarti bagimu.
  • Cari sebuah yayasan sosial dalam lingkunganmu dan sumbangkan waktu atu uangmu pada kegiatan yang paling menarik bagimu.
  • Bantu tetangga atau keluargamu mengerjakan satu pekerjaan tertentu tanpa meminta bayaran. Bandingkan perasaanmu saat mengerjakan pekerjaan sukarela dengan pekerjaan di mana kamu mendapatkan bayaran.
  • Buatlah daftar barang atau benda yang kamu beli dengan harga mahal namun sekarang tidak ada artinya bagimu. Sumbangkan barang-barang tersebut untuk Dorkas atau Pusat Pelayanan di gerejamu.
  • Dengarkan lagu tentang uang atau kekayaan. Pikirkan dibagian mana dari lagu yang menggemakan pemikiran Salomo.
  • Berjalanlah melewati pemakaman dan tebaklah batu nisan mana yang menandai makam orang kaya dan nisan mana yang menandai makam orang miskin. Bayangkan apa yang akan terjadi pada orang-orang itu pada saat Yesus datang.
  • Tulislah sebuah puisi yang berisi perbandingan keadaan keuanganmu dengan kekayaan yang dimiliki Kristus.
  • Bahaslah dengan teman-temanmu bagaimana film dan TV menggambarkan konsep-konsep dalam Pengkothbah 5 : 10-17.

HUBUNGKAN

Donald B. Kraybill, The Upside-Down Kingdom; bagian pertama dari biografi Santo Fransiscus dari Assisi.

Tidak ada komentar: